Sabtu, 23 Desember 2017

Sederet alphabet untuk Sang pemilik Rasa; Mama

“Kita adalah sepasang jarak yang enggan berjarak meronta melawan jarak”

Mama, Permata hatiku!
            Juli di 2016, Namaku Evi, aku seorang siswi tahun ke dua di salah satu SMA berbasis boarding school, jarah 250 km menjadi dinding pemisah antara aku dan keluargaku. Terutama dia kekasihku; mama. Berbahagialah, karena minggu depan dan 2 minggu selanjutnya aku akan libur dan itu artinya aku akan pulang.

            Setiap perempuan itu special. Aku percaya itu. Tapi Mamaku specialnya pake lambang ‘sudut tan’ yang artinya tak terhingga. Meski aku jauh dari mama, tetapi beliau selalu menelfonku. Tiap hari malah -_-. Aku bosan di telfonnya tiap hari, malah di hari-hari libur seperti hari sabtu dan minggu, ia menelfonku sampai 3 kali sehari. Tak jarang aku enggan mengangkat telfonnya—kala itu. Anak yang durhaka bukan? Silahkan menghujat ku. Aku tahu aku bersalah dan pantas disalahkan.
            Aku sangat mencintai mamaku. Aku merindukannya di setiap helai nafasku. Tapi kalimat itu tak pernah ku ungkapkan kepada beliau. Beliaulah yang lebih sering mengungkapkan itu. Sebenarnya aku juga merasakan apa yang dirasakan mama. Tapi lidahku terlalu kaku untuk berucap serupa. Maaf mama:(...
            Ku ketuk pintu rumahku sembari celingak celingukan melihat-lihat perubahan yang ada. Mama ku membuka pintu rumah, ia memelukku erat sembari menumpahkan segala cinta dipadu rindu yang akulah penawarnya.
“Mah, Aku pulang... Karena sadar kau tempatku berteduh dari bisingnya rindu”—ucapku dalam hati sembari menyambut pelukan mama

Mama, Wanita Hebatku!
            Aku menatap malu pada foto-foto kecilku yang.... ahhhh sudahlah... hitam dan kerdil, lebih mirip bocah laki-laki tepatnya,.. kubandingkan dengan foto adikku eva... ia tampak lucu, putih dan tentunya tidak mirip laki-laki. Kemudian tanpa sadar ternyata mama sudah duduk disudut tempat tidurku. Entah bagaimana mulanya, tapi yang ku tahu, sekarang mama tengah bercerita perihal pertemuannya dengan Bapak. Kata mama dulu Bapak sudah S1, sedang mama masih menempuh pendidikannya yang masih semester 4, tetapi karena Bapak sudah ingin melamar... akhirnya mama memutuskan untuk menikah.
“Kenapa ki mau menikah sama bapak, na nda ada pi kerjanya ma?”—Kataku menggunakan dialeg Bugis yang artinya ‘kenapa mama mau menikah sama Bapak? Kan Bapak belum punyak karja’. Mama terdiam sejenak. Sembari menerawang-rawang. Kata Mama, Bapak itu aura pekerja kerasnya sudah keliatan dari dulu, mama juga yakin bahwa bapak bisa menuntun mama ke jalan yang lebih baik. Contoh kecilnya sholat. Bapak berhasil merubah mama. Mama ya, percaya saja sama bapak. Sesulit apapun bapak mencari nafkah, Mama selalu berusaha meyakinkan bapak, membantu bapak, dan tentunya selalu men-support bapak.

Mama, Cahaya Hidupku!
            “Kamu itu boros sekali, Nak!”
            “Mama sama Bapak itu banting tulang supaya kamu bahagia!”
            “Bisa tidak kamu mengerti bagaimana diposisinya mama?”
            “Bla! Bla!bla!”
            Februari di 2017, mama marah-marah. Pasalnya aku kembali meminta uang jajan. Sederetan kalimat yang membuat telingaku kepanasan, akhirnya membuatku memutuskan untuk menonaktifkan hpku. Mama marah karena uang jajan harusnya untuk sebulan penuh, kuhabiskan dalam seminggu. Hpku kunonaktifkan selama hampir seminggu. Aku takut dan tak mau mendengar ocehan panjang mama. Iya aku tahu akulah yang pantas disalahkan.. hujatlah aku sesukamu. Silahkan.
            Aku menatap nanar langit-langit kamar asramaku. Hingga pengumuman dari speaker asrama terdengar. “Disampaikan kepada siswi atas nama Evi agar segera ke sumber suara”. Hatiku dag dig dug ser sembari berjalan menyusuri tangga asrama menuju ke perumahan pembina asrama yang berada tak jauh dari asramaku. Itu telfon dari mamaku—kata si pembina asrama. Beliau juga mengatakan bahwa mama mengirim sms “saya rindu sama anak saya, bisa saya bicara sebentar?”. Hatiku gentar membaca sms mama.... aku sontak berlari keasrama untuk menyalakan hp—ku.. dan ku temukan sederetan kata maaf dari mama yang berhasil membuat tangisku pecah.
“Maafkan mama nak, bahkan jika harus merelakan tangan dan kaki mama, mama ikhlas.. asal kamu bisa tersenyum dan bahagia lagi”
            Ku telfon mamaku dengan nafas yang masih ter engah-engah. Tak banyak yang kami bicarakan, hanya permintaan maaf dan sisanya isak tangis. Aku ditikam rasa bersalah karena ulahku.
            Mamaku tersayang, pula jantung hatiku. Terimakasih sudah suka dan rela menampungku di dalam kandunganmu. Di beri makan—pula hehehe… Mah, hari ini bukanlah hari jumat seperti jumat yang biasanya.Hari ini adalah hari untukmu mama. Untuk semua perempuan yang telah menampung bayi dikandungannya. Dibawa kemana-mana, di beri makan, disayang-sayang…hingga akhirnya dirawat sampai sebesar saat ini.

            “Terimakasih Mama,untuk setiap air susu yang mengalir bersama denyut nadiku. Tanpamu,aku takkan mampu menjadi seperti sekarang ini mama. Denganmu, Aku bisa memahami bagaimana cara mengatasi hal-hal baru yang menyapa hidupku. Kau adalah guru Proses Pendewasaan Terbaik, Mah”.
Salam Sayang

Evi Hadriani, Putrimu yang Cantik;)

Kamis, 21 Desember 2017

Wujud rasa untuk yang Kucinta dari seorang Pencinta

“Genggam tanganku kemudian ajarkan aku lagi bagaimana rasanya jatuh dan mencinta pada seseorang yang sama; kau
            25 November 2013, pass istrahat ke dua. Itu kali pertama aku melihatmu. Memakai seragam seragam putih abu abu dan sepatu cats putih. Sejak saat itu I can take my eyes off of you. Aku menyukaimu dari awal—Ukhti. Dari jamannya kau asyik berpacaran hingga kau berhijrah menjadi seorang muslimah yang meninggalkan ‘pacaran’. Sudah 3 tahun lebih aku masih dengan perasaan yang sama. I like just the way you are.
            Ahmad—Namaku. Seorang yang jatuh hati pada semua yang berbau bahasa inggris. Apalagi berdebat pake bahasa inggris—itu sudah menjadi hobiku... hehehhe [senyum songong]. Ukhti—ku bernama Ramadhani. Nama yang indah bukan? Ya iyalah hihihi. 1080 hari berlalu. Aku selalu disini. Dengan perasaan yang sama. Kau tahu itu—Ukhti.
Banyak. Banyak skali kisahku bersama sang Ukhti. Hmm biar ku jelaskan sedikit. Kala itu aku adalah salah satu diantara cowok popular semasa SMA. Hanya saja ada sedikit tambahan dibalik kata popular itu; aku tidak pernah bisa berhasil mendapatkan Ramadhani. Eh ku ralat sedikit. Aku belum bisa mendapatkannya.
Senyumannya mampu menyejukkan hatiku, ditambah lagi bola mata yang sedikit sipit dipadu dengan bulu mata lentiknya yang dibalut oleh hijab kebanggannya. bahkan untuk sekadar bisa melihatnya saja adalah anugrah yang indah bagiku. Ia yang ku puja.... semoga suatu hari nanti kau akan berbalik kearahku... menyadari aku yang tak pernah pergi dari sisi mu.... aku hanya perlu menunggu waktu dimana kau akan berbalik kearahku. Jangan mencari kesisi-sisi yang lain Ukhti, kau hanya perlu menoleh dan menyadari aku..... aku yang bahkan tak pernah berniat pergi dari sisimu. Dan kau. Yang seolah menolak tuk menyadari adanyaaku disisimu. Semua ku terima. Apapun yang kau beri.
Awal Mei di 2017. Kau dan aku. Kita dan mereka sama sama berjuang memecahkan misteri untuk menemukan pintu perguruan tinggi yang kita dambakan. Ralat. Perguruan tinggi yang ditakdirkan oleh Sang Penakluk Semesta.
Pukul 23;55 di pertengahan mei 2017. Tiba-tiba kau menelfonku dengan isak tangis yang membuatku khawatir. Jarak 250 km membuatku ingin segera terbang kesisimu. Gadisku menangis. Apa yang harus kulakukan ukhti? Hatiku hancur setengah melebur mendengar isak tangisnya. Selama ini aku selalu berusaha membuatnya tersenyum agar ia jauh dari yang namanya sedih. Apalagi tangis. Ada apa ukhti? Lama aku menunggu ia bicara. Zonk. Aku semakin panic. 
Hasil gambar untuk khawatir
Kurang lebih 90 menit ia menelfonku dan tak ada sepathkata pun ia lontarkan. Hanya isak tangis yang berhasil membuatku tak bisa tidur semalaman. Sungguh. Aku cemas. Pukul 06.00 kuputuskan untuk berangkat dari Makassar menuju Pinrang untuk menemuinya. Untuk menjadi obat atas setiap luka yang ia dapatkan. Selama 5 jam perjalanan hatiku terus berdebar-debar fikiran aneh pun mulai merasuki fikiranku... hatiku cemas. Entah bagaimana keadaan ukhtiku sekarang. Setelah sampai di Pinrang, aku tak langsung pulang kerumah. Ku carikan ia sebuah boneka nan lucu seperti parasnya; panda. Bagiku panda selalu terlihat lucu dan menggemaskan. Ya seperti Ramadhani tentunya. Gadisku. Ku ketuk pintu rumahnya sembari memberinya kejutan kecil. Setelahnya... tak ada yang kami bicarakan. Ia menyuruhku pulang kerumah dan menyuruhku untuk ke cafe yang telah ia tentukan besok pada pukul 10.00 pagi.aku mengiyakannya.
Pukul 12.00 siang di cafe. Sudah 2 jam aku menunggu Ramadhani yang tak kunjung tiba. Lupakah ia akan janji kemarin? . sudah ku coba untuk menghubunginya .namun... tak kunjung ada jawab darinya. Aku—pulang—kerumah. Aku membereskan bekal-bekal rindu yang telah kupersiapkan untuknya... pula kukubur semua planning yang telah ku rencanakan seharian bersama ukhtiku. Aku—kecewa. Sungguh. Ini lebih dari sekadar patah hati. Hingga kutemukan sederet kata dari Ramadhani ‘kamu dimana? Aku di cafe skarang’. Argghhh.. pengen marah. Pengen ngambek. Pengen di bujuk. Tapi... it just happening on my dreams.
Hasil gambar untuk kencan zaskia bersama irwansyah
 Aku menyambut hangat pesan singkat darinya. Kutemuinya. Hari itu menjadi hari yang sangat panjang dan menyenangkan. Dan tentunya bersejarah. Layaknya seorang muda-mudi yang berkencan.... meski itu hanya ada di fikiran dan khayalanku hehehe... setelah makan, kuajak ia bermain di Timezone... aku bahagia melihat tawa lepas yang ia suguhkan dan tentunya karena ku. Tak sampai disitu... sebelum matahariterbenam aku dan ukhtiku sempat mampir kesebuah tempat karokean... tak apa aku menjadi badut di hadapannya.... yang terpenting adalah kebahagiaannya... karena aku bahagia karenanya. Fall for you... menjadi lagu yang indah dan cocok untuk momen seperti ini—maka ku persembahkan yang terbaik kepadanya. Esok harinya aku kembali ke Makassar untuk melanjutkan bimbingan belajarku lagi.
Kau berencana untuk melanjutkan studymu diluar negeri... sementara aku memilih untuk melanjutkannya di tanah Daeng; Makassar. Aku diterima disalah satu perguruan tinggi dengan program studi Sastra inggris. Dan kabar baiknya lagi aku berhasil menjadi orang nomor satu diangkatanku... ya sebut saja aku ketua angkatan.... hampir 6 bulan sudah aku mempuh studiku disini... bagaimana kabarmu ukhti? Sehatkah engkau disana?.... perihal rindu; berat. Ada rinduku yang menantikan jumpa dengamu. ada segelintir luka yang hanya kaulah obatnya.... kabar yang terakhir kuterima adalah kau sedang berada di Jakarta untuk melanjutkan bimbingan belajarmu. Dan pesan singkat sore itu yang tak mampu ku terjemahkan sama sekali. Kurang lebih kau mengatakan “jalanilah hidupmu”. Hanya kekata itu yang dapat ku terjemahkan.. sisanya menjadi deretan alphabet yang tak bisakubaca sama sekali.
Hasil gambar untuk foto cowok tumblr
Untukmu si pemilik kenangan segenap anganku. Aku tak menyesal pernah jatuh dan mencinta kepadamu. Aku tak menyesal pernah melewati segala kisah yang mungkin hanya aku seorang yang menyimpannya. Aku tak menyesal pernah menjadi bodoh untuk membuatmu tertawa. Sama sekali tidak. Tidak ada yang kuselali sama sekali. Permohonan terakhirku—jika kau berkenan....  jangan malas makan ya... karena aku tahu kamu tipe yang suka lupa perihal makan. Dan jangan tidur larut. Karena aku mengerti bahwa kau butuh seseorang yang mengingatkanmu jam tidur..kau tipe gadis pelupa heheheh.... Yaudah... Bahagia ya ukhti... supaya aku bahagia juga disini.
“Percaya deh, Sekeras apapun laki-laki, selalu ada seorang perempuan yang berhasil membuatnya jatuh bangun dan melakukan apapun untuk si perempuannya”

Semoga berbahagia

Ahmad, Masa silam—mu