“Genggam tanganku kemudian ajarkan aku lagi bagaimana
rasanya jatuh dan mencinta pada seseorang yang sama; kau”
25 November 2013, pass istrahat ke
dua. Itu kali pertama aku melihatmu. Memakai seragam seragam putih abu abu dan
sepatu cats putih. Sejak saat itu I can
take my eyes off of you. Aku menyukaimu dari awal—Ukhti. Dari jamannya kau
asyik berpacaran hingga kau berhijrah menjadi seorang muslimah yang
meninggalkan ‘pacaran’. Sudah 3 tahun lebih aku masih dengan perasaan yang
sama. I like just the way you are.
Ahmad—Namaku. Seorang yang jatuh
hati pada semua yang berbau bahasa inggris. Apalagi berdebat pake bahasa
inggris—itu sudah menjadi hobiku... hehehhe [senyum songong]. Ukhti—ku bernama
Ramadhani. Nama yang indah bukan? Ya iyalah hihihi. 1080 hari berlalu. Aku
selalu disini. Dengan perasaan yang sama. Kau tahu itu—Ukhti.
Banyak. Banyak
skali kisahku bersama sang Ukhti. Hmm biar ku jelaskan sedikit. Kala itu aku
adalah salah satu diantara cowok popular semasa SMA. Hanya saja ada sedikit
tambahan dibalik kata popular itu; aku tidak pernah bisa berhasil mendapatkan
Ramadhani. Eh ku ralat sedikit. Aku belum bisa mendapatkannya.
Senyumannya
mampu menyejukkan hatiku, ditambah lagi bola mata yang sedikit sipit dipadu
dengan bulu mata lentiknya yang dibalut oleh hijab kebanggannya. bahkan untuk
sekadar bisa melihatnya saja adalah anugrah yang indah bagiku. Ia yang ku
puja.... semoga suatu hari nanti kau akan berbalik kearahku... menyadari aku
yang tak pernah pergi dari sisi mu.... aku hanya perlu menunggu waktu dimana
kau akan berbalik kearahku. Jangan mencari kesisi-sisi yang lain Ukhti, kau
hanya perlu menoleh dan menyadari aku..... aku yang bahkan tak pernah berniat
pergi dari sisimu. Dan kau. Yang seolah menolak tuk menyadari adanyaaku
disisimu. Semua ku terima. Apapun yang kau beri.
Awal Mei di
2017. Kau dan aku. Kita dan mereka sama sama berjuang memecahkan misteri untuk
menemukan pintu perguruan tinggi yang kita dambakan. Ralat. Perguruan tinggi yang
ditakdirkan oleh Sang Penakluk Semesta.
Pukul 23;55 di
pertengahan mei 2017. Tiba-tiba kau menelfonku dengan isak tangis yang
membuatku khawatir. Jarak 250 km membuatku ingin segera terbang kesisimu. Gadisku
menangis. Apa yang harus kulakukan ukhti? Hatiku hancur setengah melebur
mendengar isak tangisnya. Selama ini aku selalu berusaha membuatnya tersenyum
agar ia jauh dari yang namanya sedih. Apalagi tangis. Ada apa ukhti? Lama aku
menunggu ia bicara. Zonk. Aku semakin panic.
Kurang lebih 90 menit ia
menelfonku dan tak ada sepathkata pun ia lontarkan. Hanya isak tangis yang
berhasil membuatku tak bisa tidur semalaman. Sungguh. Aku cemas. Pukul 06.00
kuputuskan untuk berangkat dari Makassar menuju Pinrang untuk menemuinya. Untuk
menjadi obat atas setiap luka yang ia dapatkan. Selama 5 jam perjalanan hatiku
terus berdebar-debar fikiran aneh pun mulai merasuki fikiranku... hatiku cemas.
Entah bagaimana keadaan ukhtiku sekarang. Setelah sampai di Pinrang, aku tak
langsung pulang kerumah. Ku carikan ia sebuah boneka nan lucu seperti parasnya;
panda. Bagiku panda selalu terlihat lucu dan menggemaskan. Ya seperti Ramadhani
tentunya. Gadisku. Ku ketuk pintu rumahnya sembari memberinya kejutan kecil. Setelahnya...
tak ada yang kami bicarakan. Ia menyuruhku pulang kerumah dan menyuruhku untuk
ke cafe yang telah ia tentukan besok pada pukul 10.00 pagi.aku mengiyakannya.
Pukul 12.00
siang di cafe. Sudah 2 jam aku menunggu Ramadhani yang tak kunjung tiba. Lupakah
ia akan janji kemarin? . sudah ku coba untuk menghubunginya .namun... tak
kunjung ada jawab darinya. Aku—pulang—kerumah. Aku membereskan bekal-bekal
rindu yang telah kupersiapkan untuknya... pula kukubur semua planning yang
telah ku rencanakan seharian bersama ukhtiku. Aku—kecewa. Sungguh. Ini lebih
dari sekadar patah hati. Hingga kutemukan sederet kata dari Ramadhani ‘kamu dimana? Aku di cafe skarang’. Argghhh..
pengen marah. Pengen ngambek. Pengen di bujuk. Tapi... it just happening on my
dreams.
Aku menyambut hangat pesan singkat darinya. Kutemuinya. Hari itu
menjadi hari yang sangat panjang dan menyenangkan. Dan tentunya bersejarah. Layaknya
seorang muda-mudi yang berkencan.... meski itu hanya ada di fikiran dan
khayalanku hehehe... setelah makan, kuajak ia bermain di Timezone... aku
bahagia melihat tawa lepas yang ia suguhkan dan tentunya karena ku. Tak sampai
disitu... sebelum matahariterbenam aku dan ukhtiku sempat mampir kesebuah
tempat karokean... tak apa aku menjadi badut di hadapannya.... yang terpenting
adalah kebahagiaannya... karena aku bahagia karenanya. Fall for you... menjadi
lagu yang indah dan cocok untuk momen seperti ini—maka ku persembahkan yang
terbaik kepadanya. Esok harinya aku kembali ke Makassar untuk melanjutkan
bimbingan belajarku lagi.
Kau berencana
untuk melanjutkan studymu diluar negeri... sementara aku memilih untuk
melanjutkannya di tanah Daeng; Makassar. Aku diterima disalah satu perguruan
tinggi dengan program studi Sastra inggris. Dan kabar baiknya lagi aku berhasil
menjadi orang nomor satu diangkatanku... ya sebut saja aku ketua angkatan....
hampir 6 bulan sudah aku mempuh studiku disini... bagaimana kabarmu ukhti? Sehatkah
engkau disana?.... perihal rindu; berat. Ada rinduku yang menantikan jumpa
dengamu. ada segelintir luka yang hanya kaulah obatnya.... kabar yang terakhir
kuterima adalah kau sedang berada di Jakarta untuk melanjutkan bimbingan
belajarmu. Dan pesan singkat sore itu yang tak mampu ku terjemahkan sama
sekali. Kurang lebih kau mengatakan “jalanilah hidupmu”. Hanya kekata itu yang
dapat ku terjemahkan.. sisanya menjadi deretan alphabet yang tak bisakubaca
sama sekali.
Untukmu si
pemilik kenangan segenap anganku. Aku tak menyesal pernah jatuh dan mencinta
kepadamu. Aku tak menyesal pernah melewati segala kisah yang mungkin hanya aku
seorang yang menyimpannya. Aku tak menyesal pernah menjadi bodoh untuk
membuatmu tertawa. Sama sekali tidak. Tidak ada yang kuselali sama sekali. Permohonan
terakhirku—jika kau berkenan.... jangan
malas makan ya... karena aku tahu kamu tipe yang suka lupa perihal makan. Dan jangan
tidur larut. Karena aku mengerti bahwa kau butuh seseorang yang mengingatkanmu
jam tidur..kau tipe gadis pelupa heheheh.... Yaudah... Bahagia ya ukhti... supaya
aku bahagia juga disini.
“Percaya deh, Sekeras apapun
laki-laki, selalu ada seorang perempuan yang berhasil membuatnya jatuh bangun
dan melakukan apapun untuk si perempuannya”
Semoga berbahagia
Ahmad, Masa silam—mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar