“Aku melahap habis semua
rasa rindu yang dibumbui oleh puing-puing hati yang telah hancur setengah lebur”.
Semuanya bercampur menjadi menu istimewa dengan perasaan
kecewa yang mendalam. Malam ini aku kembali menunggunya di shaf paling depan
(untuk perempuan), dan kembali melihat sosok yang khusuk melaksanakan ibadah
sholat istikharoh diakhir sholat isyanya. Ia selalu berada di pojok kiri shaf
depan (untuk laki-laki). Aku menunggunya, meski tak ada janji sebelumnya. Hanya
saja... ah, tidak.. aku hanya ingin menunggunya saja. Entah ia akan datang,
atau hilang seperti biasanya. Ditelan oleh pintu keluar musollah. Hahaha.. lucu
memang jika menunggu sesuatu yang bahkan amat sangat tak pasti... lucunya lagi,
bahkan sudah hampir seminggu ini, aku selalu menunggu sosok itu di tiap akhir
sholatku. Dan mirisnya, tak sekalipun ia menjemput bekal rindu yang
telah ku persiapkan untuknya. Sehingga, aku harus membiarkan diriku membereskan
bekal rindu-ku, mengemas perasaan kecewaku, dan menghancurkan segala planning yang
telah ku rencanakan. Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir deras di
pipiku. Aku malu. Malu dengan diriku sendiri, yang seperti ini. Betapa
menyedihkannya aku, bukan? Hahha.... dengan spontan tanganku langsung menghapus
air mataku, dan logikaku pun mulai angkat bicara.
“Apakah kamu, akan terus menangis konyol seperti ini?.
Tidakkah kamu menyadari bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang
menawarkan senyum untukmu”.
Dengan
topeng cerewetku ini, aku bisa menyembunyikan kekecewaan, kerinduan,
kejengkelan, dan apa-pun yang ku rasakan. Tak ada yang tahu menahu apa alasan
di balik setiap senyumanku ini. Salah satu alasannya adalah, aku berusaha
menutupi perasaan sedihku, yang membuatku terlihat begitu lemah, dikarenakan
pipiku selalu banjir jika aku tidak menutupinya.
***
Sesuatu
yang wow terjadi hari ini. Sore tadi, aku keluar dari asrama dengan maksud
membeli somay di post security ditemani oleh salah seorang temanku. Namun,
sayangnya somaynya belum datang. Nah, kami-pun memutuskan untuk menunggunya
disana. Ketika somay datang, seseorang datang menwarkan tawa. Entah kenapa dan
bagaimana awalnya, sekarang aku tengah berada di dalam indoormemegang
raket dan mengambil ancang-ancang untuk mulai bermain bersama si penjual tawa
itu. Semakin lama bermain dengannya, semakin banyak pula tawa yang di tawarkannya.
Bahkan aku diberinyadiscount, bahkan bonus tawa-pun sempat ia beri
untukku. Aku menikmati permainan bulu tangkisku bersama sang penjual tawa, sore
tadi. Hingga akhirnya tenggorokanku membutuhkan sesuatu yang cair. Aku haus.
Dan permainan selesai. Kami menuju ke kantin yang ternyata sudah tutup. Hingga
akhirnya pilihan terakhir adalah air putih dipantry. Okay fine.
Kami pun menuju ke pantry atas nama haus. Aku tidak mengerti
bagaimana bisa aku kembali memegang raket dengan posisi yang sama, hanya saja,
kami bermain di depan pantry.Permainan yang cukup melelahkan,
hingga akhirnya kusadari bahwa sosok penjual tawa itu, berganti menjadi Sang
pemilik atas segala rindu pula kecewa. Ia tersenyum kepadaku. Aku meletakkan
raketku, dan berdiri di koridor pantry bersamanya. Aku mulai
bercerita tentang keasyikanku bermain dengan si penjual tawa. Ia hanya berkata
bahwa sekarang ia menjadi sangat sibuk dan ia-pun mengerti bahwa aku bukanlah
tipe perempuan yang bisa mengerti tanpa di beri pengertian. Namun di bagian akhir
pertemuanku, kalimat tak terduga terlontar dari bibirnya.
“jadi
kesimpulannya kamu lebih nyaman bersama si penjual tawa di banding denganku”.
Aku
terhuyuk kaget. Aku ingin menjelaskan kepadanya, namun tak sedetikpun ia
memberiku ruang dan waktu untuk berbicara. Hingga akhirnya pertemuan itu
berakhir begitu saja.
Untukmu
Sang pemilik atas segala rindu pula kecewa. Aku sama sekali tak berniat untuk
mengubahmu. Hanya saja, terkadang kau harus tahu bagaimana cara memperlakukan
wantita. Tanpa perlu kuajari caranya. Karena, tidaklah so sweet lagi
jika aku yang mengajarimu dan kamu melakukannya kepadaku. aku-pun bukan seorang
guru yang bisa mengajarmu. Namun jika kau masih tetap bersikeras untuk ku
ajari, maka kau-pun harus mencari seseorang yang baru, agar kau dapat
mengaplikasikan apa yang ku ajarkan untukmu.
Untukmu
Sang pemilik atas segala rindu pula kecewa. Semoga hidupmu menyenangkan. Pula
hidupku. Semua orang punya titik jenuh maisng-masing, bukan?.... salam hangat
untuk kehidupanmu yang sekarang, salam semangat untuk segala kesibukanmu, dan
salam rindu untuk kehadiranmu.
‘bercahayakan
malam yang hitam nan pekat di 31 Oktober 2016, aku masih menunggumu... disini’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar