Minggu, 05 November 2017

Pemilik Rindu; Pemberi Luka




Aku melahap habis semua rasa rindu yang dibumbui oleh puing-puing hati yang telah hancur setengah lebur.

Semuanya bercampur menjadi menu istimewa dengan perasaan kecewa yang mendalam. Malam ini aku kembali menunggunya di shaf paling depan (untuk perempuan), dan kembali melihat sosok yang khusuk melaksanakan ibadah sholat istikharoh diakhir sholat isyanya. Ia selalu berada di pojok kiri shaf depan (untuk laki-laki). Aku menunggunya, meski tak ada janji sebelumnya. Hanya saja... ah, tidak.. aku hanya ingin menunggunya saja. Entah ia akan datang, atau hilang seperti biasanya. Ditelan oleh pintu keluar musollah. Hahaha.. lucu memang jika menunggu sesuatu yang bahkan amat sangat tak pasti... lucunya lagi, bahkan sudah hampir seminggu ini, aku selalu menunggu sosok itu di tiap akhir sholatku. Dan mirisnya, tak sekalipun ia  menjemput bekal rindu yang telah ku persiapkan untuknya. Sehingga, aku harus membiarkan diriku membereskan bekal rindu-ku, mengemas perasaan kecewaku, dan menghancurkan segala planning yang telah ku rencanakan. Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir deras di pipiku. Aku malu. Malu dengan diriku sendiri, yang seperti ini. Betapa menyedihkannya aku, bukan? Hahha.... dengan spontan tanganku langsung menghapus air mataku, dan logikaku pun mulai angkat bicara.
“Apakah kamu, akan terus menangis konyol seperti ini?. Tidakkah kamu menyadari bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang menawarkan senyum untukmu”.
          Dengan topeng cerewetku ini, aku bisa menyembunyikan kekecewaan, kerinduan, kejengkelan, dan apa-pun yang ku rasakan. Tak ada yang tahu menahu apa alasan di balik setiap senyumanku ini. Salah satu alasannya adalah, aku berusaha menutupi perasaan sedihku, yang membuatku terlihat begitu lemah, dikarenakan pipiku selalu banjir jika aku tidak menutupinya.
***
          Sesuatu yang wow terjadi hari ini. Sore tadi, aku keluar dari asrama dengan maksud membeli somay di post security ditemani oleh salah seorang temanku. Namun, sayangnya somaynya belum datang. Nah, kami-pun memutuskan untuk menunggunya disana. Ketika somay datang, seseorang datang menwarkan tawa. Entah kenapa dan bagaimana awalnya, sekarang aku tengah berada di dalam indoormemegang raket dan mengambil ancang-ancang untuk mulai bermain bersama si penjual tawa itu. Semakin lama bermain dengannya, semakin banyak pula tawa yang di tawarkannya. Bahkan aku diberinyadiscount, bahkan bonus tawa-pun sempat ia beri untukku. Aku menikmati permainan bulu tangkisku bersama sang penjual tawa, sore tadi. Hingga akhirnya tenggorokanku membutuhkan sesuatu yang cair. Aku haus. Dan permainan selesai. Kami menuju ke kantin yang ternyata sudah tutup. Hingga akhirnya pilihan terakhir adalah air putih dipantry. Okay fine. Kami pun menuju ke pantry atas nama haus. Aku tidak mengerti bagaimana bisa aku kembali memegang raket dengan posisi yang sama, hanya saja, kami bermain di depan pantry.Permainan yang cukup melelahkan, hingga akhirnya kusadari bahwa sosok penjual tawa itu, berganti menjadi Sang pemilik atas segala rindu pula kecewa. Ia tersenyum kepadaku. Aku meletakkan raketku, dan berdiri di koridor pantry bersamanya. Aku mulai bercerita tentang keasyikanku bermain dengan si penjual tawa. Ia hanya berkata bahwa sekarang ia menjadi sangat sibuk dan ia-pun mengerti bahwa aku bukanlah tipe perempuan yang bisa mengerti tanpa di beri pengertian. Namun di bagian akhir pertemuanku, kalimat tak terduga terlontar dari bibirnya.
          “jadi kesimpulannya kamu lebih nyaman bersama si penjual tawa di banding denganku”.
Aku terhuyuk kaget. Aku ingin menjelaskan kepadanya, namun tak sedetikpun ia memberiku ruang dan waktu untuk berbicara. Hingga akhirnya pertemuan itu berakhir begitu saja.
          Untukmu Sang pemilik atas segala rindu pula kecewa. Aku sama sekali tak berniat untuk mengubahmu. Hanya saja, terkadang kau harus tahu bagaimana cara memperlakukan wantita. Tanpa perlu kuajari caranya. Karena, tidaklah so sweet lagi jika aku yang mengajarimu dan kamu melakukannya kepadaku. aku-pun bukan seorang guru yang bisa mengajarmu. Namun jika kau masih tetap bersikeras untuk ku ajari, maka kau-pun harus mencari seseorang yang baru, agar kau dapat mengaplikasikan apa yang ku ajarkan untukmu.
          Untukmu Sang pemilik atas segala rindu pula kecewa. Semoga hidupmu menyenangkan.  Pula hidupku. Semua orang punya titik jenuh maisng-masing, bukan?.... salam hangat untuk kehidupanmu yang sekarang, salam semangat untuk segala kesibukanmu, dan salam rindu untuk kehadiranmu.  



‘bercahayakan malam yang hitam nan pekat di 31 Oktober 2016, aku masih menunggumu... disini’


Tidak ada komentar:

Posting Komentar