Selasa, 14 November 2017

Sepotong Kisah di Masa Silam #Part 1

“Aku adalah sepotong cerita di masa lalu yang silam”
          Kali ini akan ku kisahkan tentang pemeran utama dari setiap tulisanku. Jadi mau ku kisahkan sekarang? (ahh toh aku tak perlu meminta persetujuanmu hehhe). Aldi. Alvaro maldini lengkapnya. Awal tahun di 2015, kisah klasik masa SMA—ku.  ibaratnya hatiku dan hatinya adalah fisik manusia. Lebam. Luka. Kau akan menemukan itu disetiap sudut tubuh kami.
          8 september di 2014, harusnya beberapa hari lagi aku dan pacarku Iqbaal Tahir akan merayakan anniversary yang ke-2. Tapi.... angan adalah angan. Hanya indah saat itu juga... kemudian.... angin membawa anganku ke suatu tempat anta berantah. Realita yang terjadi adalah ia memutuskan pergi. Aku sangat sangat mencintainya—kala itu.  Ditambah lagi mengingat ia adalah First Love—ku. You know axcatly hows my feeling, right.?

          Dan kau. Kala itu kau yang sebelumnya dipatahkan hatinya—sepertiku, kini tengah sibuk jatuh dan mencinta padanya.. Gadis yang sejatinya telah kau ketahui memiliki ikatan dengan seseorang. Sebut saja Livia. Kau disibukkan oleh cinta mu kepada seseorang yang telah memiliki ikatan lain dengan orang lain. Hmm...aku bingung ingin menyebutmu lelaki yang tangguh atau lelaki yang... (ahh ini terlalu kasar untuk ku bahasakan).  Hingga tiba suatu masa dimana kau dan aku hampir bertemu di setiap harinya. Kala itu aku jatuh hati pada sahabatku sendiri. Yang sejatinya ia hanya menganggapku tak lebih dari seoorang adik perempuannya, hingga tak pernah kusadari bahwa diam diam kau memperhatikanku. Toh aku—pun tahu bahwa kau menyukai temanku Livia. Hingga beberapa bulan kemudian kau mengungkapkan perasaanmu padaku.

          Oh ya,.. ify... namaku. Aku bingung akan bercerita dari mana. Yang tahu saat ini aku dan Aldi telah berpacaran. Jadi dia adalah pacarku yang ke-2. Dan pun aku, pacar ke-2nya. Aku dengan sifat anak Tk ku dan dia dengan segala kedewasaan yang ia miliki. Aku masih ingat pertama kali ia merangkulku untuk diajak foto berdua. Dengan wajah malu-malunya ia merangkul bahuku di jepretan foto pertama. Aku masih ingat ia yang dengan sabarnya selalu berusaha mengertiku, membenarkan setiap salahku. Dan aku tahu bahwa ia sangat-sangat mencintaiku—kala itu.
          20 april 2017, perjalanan Bandung-Jakarta. Mobil yang seharusnya hanya untuk delapan penumpang, kini mengangkut sebelas orang. Hahaha sungguh ini sempit dan pengap. Ditambah lagi koper-koper dan tas bawaan tiap-tiap penumpang mobil. Kau berbisik ditelingaku “baru kali ini aku senang berdempet-dempetan. Kau tahu alasannya kenapa? Karena kau disini. Bersamaku”. Kemudian kau yang duduk disebelah kananku tiba-tiba menggenggam tanganku lalu bersandar dibahu ku. Aku terdiam kaku. Kemudian kau kembali berbisik “Semoga kau bisa menjaga dirimu baik-baik, aku selalu menginginkan yang terbaik untukmu”.
          Kepadamu Irwan si pemilik hati yang paling hati-hati. Terimakasih telah membuatku merasakan layaknya princess yang berhasil menemukan pangeran berkuda—nya. Terima kasih untuk semua warna dan arti hidup yang kau bagi kepadaku. Tiga kata untuk mu, ‘Terimakasih selalu ada’
          Aku selalu percaya pada kepercayannku. dan tidak pernah percaya jikalau seorang laki-laki berkata “aku berusaha, bahwa kau adalah wanita terakhir dihidupku”. Namun kau berhasil merusak kepercayanku dengan percaya pada kepercayaanmu yang tak kupercayai. Aku selalu percaya dan yakin pada setiap kekata yang terucap darimu. Kenapa? Karna sejauh ini kau selalu berhasil membuktikan kekatamu.


          14 Oktober di 2017, semuanya berubah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar